Kenabian Siddharta Gautama dalam Al-Qur’an Menurut Penafsiran Al-Qasimi
DOI:
https://doi.org/10.23971/njppi.v2i1.914Abstract
Penafsiran Al-Qasimi terhadap QS. Al-Tin ayat 1-3 menuai banyak kontroversi. Beberapa pendapat ulama kontemporer yang dikutipnya mengindikasikan adanya simbolisasi Agama Buddha dalam kata al-Tin. Pemikiran semacam ini menimbulkan banyak spekulasi terutama terkait dengan status Siddharta sebagai salah satu Nabi yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an. Ulama tanah air seperti Quraisy Shihab dan HAMKA turut membicarakannya dalam tafsirnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pandangan Al-Qasimi melalui penafsirannya terhadap ayat-ayat kenabian dalam kitab MaḥÄsin al-Ta’wÄ«l fÄ« al-Qur’Än al-KarÄ«m. Penafsiran-penafsiran yang ada secara tematis akan membangun sebuah konsep kenabian yang memiliki beberapa indikator sebagai standar akurasi seorang Nabi dalam Islam. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan, oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah library research. Sumber data dalam penelitian ini adalah kitab Mahasin Al-Ta’wil dan literatur lainnya yang relevan dengan fokus penelitian. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa merujuk pada kriteria kenabian, Al-Qasimi memandang bahwa Siddharta Gautama tidak memenuhi kriteria sebagai seorang Nabi. Selain itu implikasi penafsiran surah At-Tin ayat 1-3 oleh Al-Qasimi dalam tafsirnya dapat memberikan pandangan yang berbeda terhadap idealisme antar-umat beragama. Pada tataran ini Muhammad maupun Siddharta bahkan para Nabi di seluruh dunia menurut Al-Qasimi pada dasarnya mengajarkan nilai yang sama, yakni kebenaran universal yang diakui seluruh umat manusia. Kesadaran akan adanya kebenaran uviversal tersebut diharapkan akan mewujudkan tercapainya perdamaian dan kesatuan umat manusia tanpa ada diskriminasi apapun.Kata Kunci: Tafsir, Kenabian Siddharta Gautama, Buddha, Al-Qasimi.References
Al-Ghazali, M. 1986. Aqidah Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Al-Jabiri, M. A. 1990. Bunyah al-'Aql al-'Arabi, DirÄsah TahlÄ«liyah Naqdiyah li NudÅ«m al-Ma‟rifah fi al-á¹ aqÄfah al-'Arabiyah. Beirut: Al-Markaz Dirasat al-Wahidah al-'Arabiyah.
Al-Kattani, A. a.-H.K. 1982. Fahras al-FahÄris wa al-Itsbat. t.k.t.: Dar al-Gharb al-Islami.
Al-Muhtasib, A. M. 1997. Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an. Bangil: Al-Izzah.
Al-Qasimi, M. J. 1978. MaḥÄsin al-Ta'wÄ«l. Beirut: Dar al-Fikri al-Arabi.
-------------------. 2004. QawÄidu TahdÄ«s min FunÅ«ni ‘UlÅ«m al-Ḥadis. Beirut: Mu’assasah al-Risalah.
--------------------. t.t.t. DalÄ'il Al-Tauḥīd. Kairo: Mathba'ah al-Madaniy.
Arabi, I. t.t.t.. Futuhat al-Makkiyyah. Beirut: Dar al-Shadr.
Baqi, M. F. 2001. Mu‟jam Mufahras li AlfÄẓ al-Qur‟Än al-KarÄ«m : Bi Ḥashiyah al-Musḥaf al-SyarÄ«fah. Kairo: Dar al-Hadis.
Commins, D. D. 2002. Guiding Mankind to Act on the Basic of Telegraphic Message. England: Oxford University Press.
Hadiwijono, H. 1989. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hamka. 1985. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Hansen, U. S. 2008. Ikhtisar Ajaran Buddha. Yogyakarta: Insight.
Iqbal, M. 2002. Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam. Yogyakarta: Lazuardi.
JR, A. H. 1997. Ilmu Agama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Katsir, A. F. 2008. Kisah Para Nabi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Manzur, A. I. (t.t.t.). LisÄn al-Arab. Beirut: Dar Shadir.
Mughniyyah, M. J. 1993. Nubuwwah: Antara Doktrin dan Akal. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Muthahhari, M. 1991. Falsafah Kenabian. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Okawa, R. 2004. Hakikat Ajaran Buddha. Yogyakarta: Saujana Jogjakarta.
Saragi, J. J. 2000. Buddhisme sebagai Jalan Kehidupan. In Buddhisme: Pengaruhnya dalam Abad Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Shihab, M. Q. 2002. Tafsir l-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zainuddin. 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. jakarta : Rhineka Cipta.